Selasa, 09 Mei 2023

cerita bibi yang lama sekali melunasi hutangnya

Sumber : Facebook.
Grup Facebook : Pinjam Seratus dulu


Bismillah

Saya hendak membagikan pengalaman saya selama memberikan "hutang" kepada keluarga yang saya kenal. Dia adalah bibi saya. Ia tinggal bersama suaminya di rumah embah saya. Ia adalah orang yang baik, mungkin kalau dibilang ia satu-satunya bibi yang menanyakan keadaan saya, bahkan menyuruh saya makan di dapurnya, meski ia tak ada di tempat. Setiap pulang ke rumah embah dan bertemu dengannya, saya selalu ditanyakan "Pinjam uang sebanyak xx, donk!". Hal itu membuat saya risih dan sejujurnya dalam hati terdalam, saya tak nyaman. Namun mau bagaimana lagi, ia adalah orang baik sehingga saya memberikan ia hutang di suatu waktu yang lalu.

Begini detailnya. Saya punya Handphone yang speknya kurang bagus. Maka dari itu saya harus mengupgrade Handphone saya agar bisa digunakan untuk kebutuhan kampus, tepatnya untuk digunakan pada pembuatan Aplikasi Android. Handphone lama tersebut akhirnya saya tidak memakainya dan menyimpannya.

Suatu waktu saya pulang ke rumah embah. Bibi saya menotice kalau Handphone saya berganti. Kemudian ia hanya mengucapkan beberapa kata, "Cie ganti hape baru." Karena saya sudah risih, akhirnya saya agak membalasnya dengan senyum tipis. Saya pun duduk di bangku-bangku yang sudah ada di sana sambil mengobrol. Bibi saya menceritakan bahwa ia sedang membuat usaha, namun ia  butuh membeli Handphone. Karena saya punya Handphone yang tak terpakai, akhirnya saya memberitahukan kalau ada Handphone lama saya yang tak terpakai, berharap ia bisa membelinya langsung. Terjadilah tawar menawar hingga titik Handphone tersebut ia sanggup bayar sebesar Rp500,000, namun pembayarannya dicicil. Saya pun menyanggupinya dan singkat kata akhirnya saya lepas Handphone tersebut dengan harga tersebut.

Tiga atau empat bulan berikutnya, saya kembali pulang ke rumah embah, berharap saya bisa mengambil pembayaran. Namun, ia hanya memberi saya cuma Rp100,000, padahal saya sangat butuh sekali karena sedang proses penyelesaian laporan kampus. Namun mau dikata apa, yang ada ya memang segitu. Mau tidak mau saya harus menerimanya. Sepertinya saya harus menagihnya dalam periode tertentu, ia tak mungkin bisa langsung membayarkannya, pikir saya dengan naifnya.

Kemudian saya datang lagi setiap bulan menagih dan menagih. Namun tidak ada uang sepeser pun yang saya dapatkan. Sekali lagi, saya sangat butuh uang karena untuk keperluan biaya kampus. Itu saja alasan saya menagih. Dan hal itu terus saya lakukan sampai saya dititik muak dengan hal tersebut. Namun, saya berusaha redam dengan baik dan berpikir harus ada cara mendapatkan uang agar saya bisa menyelesaikan laporan-laporan kampus saya. Akhirnya, saya berusaha untuk tidak memikirkan dan mengharapkan lagi uang yang ada pada bibi saya. Saya memilih mencari cara lain. Namun setiap saya pulang, bibi saya justru tidak nyaman atas kehadiran saya, padahal saya sudah tidak menagihnya, bahkan saya bilang "Ambil saja dah HP itu, bi.". Namun tetap dengan kekeh ia akan membayarnya.

Dua tahun berikutnya, barulah lunas seluruh pembayaran HP tersebut dan pada saat itu saya juga sudah tidak berharap banyak atas uang tersebut. Saya sudah mengikhlaskannya karena saya sudah mendapatkan pekerjaan. Namun, bibi saya tetap menyelesaikan pembayaran tanpa saya tagih. Pengalaman tersebut membuat saya sangat berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada siapa pun, mau dia keluarga, teman dekat, bahkan saudara. Menurut saya, sebaiknya kita berikan pinjaman kepada orang apabila kita sudah berada dititik mampu mengikhlaskan uang yang kita berikan. Dan jangan kita merasa bersalah bila menagih. Itu uang kita, maka kitalah yang memperjuangkannya. Jangan sampai mereka yang menghutangi kita lebih keras dari kita. Namun tetap menagih dengan cara yang baik dan sopan agar kita tidak terkena hukum.

Selamat memperjuangkan uang anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teh tubruk khas Slawi tegal

Ternyata jadi janda nggak seburuk itu.

Ternyata jadi janda nggak seburuk itu. Ternyata jadi janda nggak seburuk itu. Lebih bahagia malah, lebih banyak waktu buat diri sendiri. Kar...