Akun fan page : Komunitas Bisa Menulis.
Sekedar curhat, tentu dengan tidak menyebut nama tempat juga tokoh untuk menjaga privasi.
Dari awal menikah hingga saat ini, tiapkali mudik saya selalu tidak betah.
Mertua baik, keluarga suami baik, kakak ipar adik ipar baik semua. Tapi saya shock dengan kebiasaan keluarga disini, terlalu jorok. Bukan saya yang sok bersih, tapi kenyataannya memang jorok.
Sepuluh hari saya disini, entah sudah berapa kali saya ganti sikat gigi, disini sikat gigi dipakai bergantian, umum. Bukan barang pribadi. Jadi kalau sikat gigi saya tertinggal di kamar mandi, sudah pasti dipakai juga. Saya tidak suka.
Rumah berdebu, saya selalu mengepelnya setiap hari. Tapi percuma karena kebiasaan keluarga disini keluar masuk tidak pakai sandal. Kotor lagi, berpasir lagi.
Kulkas, bagi saya sangat jorok. Entah apa saja yang sudah dimasukkan, dan semua makanan itu akan dimasak kembali meskipun baunya sudah bercampur-campur. Tak jarang saya melihat ikan yang ditaruh di rak bawah, tidak beku. Berhari-hari kemudian dimasak. Sungguh susah saya menelannya.
Jika memasak ayam, kuku dan paruh tidak dibuang. Pernah suatu hari saya sedang masak ayam ungkeb, seperti biasa saya selalu buang lemak dan tunggirnya. Dan ketika ayam matang saya keget, itu lemak dan tunggir dimasukkan kembali, padahal saya sudah membuangnya. Tapi dimasukin lagi ðŸ˜
Disini, kasur memakai jenis kasur kapuk. Tak masalah. Yang jadi masalah karena tidak adanya sprei. Hanya kasur saja, begitu juga bantal. Tapi itu sudah bukan masalah lagi, karena saya selalu membawa sprei sendiri.
Kamar mandi, disini menyebutnya jeding. Saya kaget setengah mati ketika melihat keponakan saya asik berenang di dalam baknya. Air itu tidak dikuras setelahnya, hanya diluberi saja dengan alasan dua kulah, jadi tak najis. Tapi jika setiap hari dipakai jebur2an kan jorok. Sekali lagi bukan saya sok bersih, tapi kalau terlalu jorok saya tak sanggup. Terbukti setiap kali mudik, saya selalu gatal2.. anak2 saya juga dan selalu diare akhirnya.
Disini semua orang berkutu, dan saya juga selalu kutuan tiap kali mudik, bahkan anak saya yang masih bayi juga tak luput dari kutu. 😠Dua tahun lalu saya pernah mudik sambil membawa peditox dengan maksud membasmi kutu orang2 dirumah ini. Tapi tidak mau, bagi mereka "metani" itu seru. Kalau kutu dibasmi nanti tak bisa petan2 lagi.
Air minum disini masih direbus, kemudian ditadah dalam gentong besar. Saya pernah protes ke kakak ipar, karena dalam gentong ada jentik nyamuknya. Kakak ipar dengan santai menjawab, "gak papa tho dek, nanti kan disaring pas masukin ke kendi. Biasa itu." Alhasil tiap kali mudik, saya selalu membeli air galon kemasan sendiri. Daripada saya dehidrasi.
Saya pernah meminta suami untuk memberi tahu keluarganya bahwa kebiasaan yang jorok ini tidak baik. Tapi suami hanya terkekeh santai sambil mengatakan bahwa mereka sekeluarga sudah begini sejak dulu, bahkan keluarga pak de, pak lek juga sama. "Kamu tenang saja, yang penting papa tidak membawa kebiasaan begitu di rumah kita. Mama sabar saja ya kalau mudik, kalau gak suka makanannya mama bisa beli atau masak sendiri."
Masyaallah, 10 hari berasa lamaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar