Grup : Komunitas Bisa Menulis.
Nama Akun : Odit Rara.
Aku memanggilnya buk dewi karena memang usia nya di atas aku .
Buk dewi sering bercerita tentang kehidupannya, tentang perjuangan nya membesarkan putra nya
Menikah muda dan ketika putra nya baru berumur 4 tahun suaminya meninggalkan nya .
Buk dewi membesarkan putra nya sendiri tanpa bantuan dari pihak keluarga mantan suaminya
Buk dewi kerja di kantor dari pagi sampe sore , malam nya buk dewi masih berjualan , hari libur masih membantu jadi asisten MUA, pokoknya benar benar pekerja keras .
Semua buk dewi lakukan demi putra kesayangan nya Dewangga .
Buk dewi berusaha mengumpulkan rupiah demi memberikan mobil untuk dewangga , demi memaduk kan kuliah dewangga di sebuah universitas yang cukup mahal .
Setelah dewangga wisuda , buk dewi pun minta info sana sini untuk memasukan dewangga di perusahaan bonafit .
Sampe akhirnya dewangga menduduki staf manajer marketing
Buk dewi masih memikirkan untuk memberikan sebuah rumah untuk dewangga
Saya mencoba mengingatkan bahwa itu bukan kewajiban buk dewi , dewangga sudah mendapatkan semua fasilitas harus nya dewangga bisa membeli rumah sendiri...
Tapi buk dewi keukeuh untuk memberikan dewangga rumah dengan KPR ...
Katanya supaya nanti dewangga tidak di rendah kan kalau mendapat kan perempuan kaya
Okey...aku mengangguk
Buk dewi kembali bercerita kalau dewangga mulai dekat dengan perempuan berprofesi SPG , semula buk dewi tidak menyetujui hubungan dewangga dengan SPG yang bernama Shinta
Buk dewi berharap dewangga bisa menikah dengan perempuan yang setara dengan latar belakang dan pendidikan dewangga .
Tapi saya mengingatkan bahwa kebahagiaan dewangga mungkin dengan Shinta jadi jangan memisahkan mereka ....
Buk dewi hanya terdiam seperti tidak merelakan Dewangga dengan Shinta.
Setahun berlalu tiba tiba buk dewi mengajak saya untuk silaturahmi ke rumah keluarga Shinta
Kami di terima dengan baik oleh keluarga shinta ...
Shinta anak pertama dari 4 bersaudara .
Rumah Shinta sederhana sekali , berada di pemukiman padat penduduk .
Kurang lebih 3 bulan setelah kami berkunjung ke rumah Shinta , buk Dewi bercerita kalau Shinta itu tulang punggung , Shinta yang membiayai sekolah adik nya kala ayah Shinta tidak bekerja .
Ayah Shinta juga kerja serabutan , kadang ada job kadang kosong sama sekali.
Buk Dewi benar benar merasa bahwa kalau sampai Dewangga menikah dengan Shinta pasti semua akan di beban kan oleh Dewangga .
Saya pun berpikir seperti itu , tapi melihat Dewangga bucin denganShinta
Buk dewi ta bisa berbuat apa apapun
Jam 21,50 buk dewi menelepon saya dengan suara parau , buk dewi bercerita kalau Shinta sudah tidak punya malu , Shinta minta di belikan token untuk rumah nya , Shinta minta di bantu cicilan kredit motor nya , dan masih banyak lagi
Dan semua di iyakan oleh Dewangga .
Setelah di selidiki ternyata Dewangga juga yang membiayai SPP sekolah adik adiknya Shinta
Dan Ayah nya Shinta juga sering minta di isi in pulsa .
Saya tau bagaimana perasaan buk dewi
Mungkin disini ada yang bernasib seperti buk dewi.
Tanggapan dari akun : Nuraini Riki
"Kalau sudah bucin susah dinasihati. Ibunya gak usah ngasih apa2 lagi ke anaknya, takutnya malah tambah dimanfaatkan sama pacarnya itu. Sebaiknya bu Dewi sekarang fokus aja nabung untuk diri sendiri, khawatir kalau sampai anaknya nanti menikah mereka sebagai anak dan menantu gak mau mengurus bu Dewi dihari tua bu Dewi. Gak usah belikan rumah, kalau mereka menikahpun suruh anaknya untuk berusaha mengumpulkan biaya sendiri, kalau mau bantu seperlunya jangan semua ibu yg menanggun."
Tanggapan dari akun : Riska Dwi Riski
"Anak kita bukan milik kita selamanya,
Ketika dewasa biarkanlah untuk belajar tentang sebab-akibat,untung-rugi,serta pahit-manis jalan hidup.
Jangan selalu dituntun,takutnya tak sesuai harapan kita.
Dan jangan lupa siapkan "jalan keluar" untuk kita sendiri walaupun kecil kalau sesuatu yang pahit terjadi.
Jangan semuanya untuk anak dan keluarga sampai kita lupa bahwa raga akan menua dan tenaga akan berkurang,gak ada yang bisa menjamin hati selain diri kita sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar