#edukasi_SOA
Untuk Ilmu dan Pengalaman, Habiskan Uangmu!
Catatan: Sebenarnya saya tidak suka sharing tentang sesuatu yang berbau materi. Tetapi menimbang bahwa kemungkinan akan terdapat manfaat dari tulisan ini, maka saya memutuskan bahwa harus menuliskannya.
***
Tahukah teman-teman, bahwa saat berangkat ke Belanda dua tahun lalu, kami harus berhutang sebanyak 50 juta rupiah?
Yap, untuk modal membeli tiket dan hidup selama bulan pertama sebelum istri mendapat gaji pertamanya, kami memang terpaksa berhutang uang sebesar itu pada orang tua.
Selama empat tahun di Taiwan, kami memang tidak memiliki tabungan yang cukup. Bahkan, selama jeda dua bulan dari kepulangan dari Taiwan menuju keberangkatan ke Belanda, kami hanya bisa menumpang di rumah orang tua.
Miris, tentu. Tapi memang begitulah adanya.
Dengan status istri sebagai mahasiswa dengan beasiswa yang tidak terlalu banyak dan saya yang bekerja serabutan, ditambah (mungkin) perencanaan keuangan yang tidak terlalu baik, membuat kami kesulitan menabung dengan baik.
Kami memang memiliki usaha guestshouse di Malang. Tetapi, usaha tersebut adalah milik orang tua kami. Meskipun orang tua memberikan hak pada kami, tetapi hal itu tidak membuat kami berani menyentuh uang dari penghasilan guesthouse.
Lantas, kemana larinya uang kami selama bekerja keras di Taiwan?
***
Selama di Taiwan, uang kami tentu paling banyak dihabiskan untuk keperluan studi istri. Pun saya sempat studi Bahasa Mandarin selama 9 bulan dengan biaya yang tidak murah.
Hal lain yang sangat menguras materi, kami banyak menghabiskan uang untuk kegiatan travelling. Selama di Taiwan, kami pernah jalan-jalan ke Korea (2x), Macau, dan Singapura.
Hedon? Silakan beranggapan seperti itu. Tetapi bagi kami, travelling itu bukan sekadar berpergian kemudian senang-senang saja. Di sana banyak hal yang bisa diambil. Apa saja itu?
Bertambahnya wawasan, perencanaan yang baik, melatih kesabaran, menemukan banyak hal baru, melihat lebih luas dunia, dan lain-lain. Semua itu bermuara pada satu hal: pengalaman.
Untuk hal itu, kami bahkan rela menghabiskan tabungan dan mengesampingkan hal-hal yang menurut kami tidak terlalu penting. Misalnya tanah, rumah, kendaraan, pakaian, dan semacamnya.
Di saat teman seusia kami banyak yang menunjukkan mereka sudah memiliki ini dan itu, kami ya masih begitu-begitu saja.
Jika ada yang mengenal kami secara langsung, kami terutama saya, pakaiannya ya itu-itu aja. Karena memang uangnya jarang kami pergunakan untuk membeli pakaian baru, apalagi perhiasan.
Tetapi kembali pada prinsip, mumpung masih muda, kami memang sengaja menghabiskan uang untuk memberikan “nutrisi” pada isi kepala berupa ilmu dan pengalaman, alih-alih menghabiskannya untuk sesuatu yang menurut kami tidak memiliki value atau nilai yang bisa digunakan untuk jangka panjang.
***
Alhamdulilllah, apa yang menjadi prinsip kami selama mencari ilmu dan pengalaman di Taiwan itu, mendapat hasilnya saat ini.
(Bismillah, semoga ini tidak menjadikan riya’ atau pamer. Semoga Allah mengampuni.)
Baru genap dua tahun, kami berhasil melunasi hutang pada orang tua. Meskipun orang tua tidak pernah menuntut uangnya kembali, tetapi bagi kami, hutang tetaplah hutang. Untuk itulah, dari dulu sampai sekarang, kami sangat menghindari persolan hutang.
Untuk membeli sesuatu misalnya, prinsip kami harus membeli secara tunai. Jika tidak punya, maka menabung dahulu.
Saat ini pula, kami sudah mampu membeli mobil sendiri dengan cara tunai. Menyewa apartemen di dekat pusat kota Eindhoven dengan layak, yang tentu dengan harga yang tidak murah.
Untuk aset dan investasi, kami sudah membeli sebidang tanah dan menyebarkan beberapa di saham (syariah) serta reksadana. Untuk saham, setiap tahun sekali atau dua kali, kami mendapat dividen atau pembagian hasil. Meskipun tidak banyak, setidaknya kami merasakan apa itu passive income alias uang yang bekerja untuk kami.
Juga, sedikit-sedikit membantu orang tua untuk membesarkan usaha guesthouse, hingga saat ini sudah memiliki dua cabang.
***
Ilmu dan pengalaman itu sangatlah penting. Orang dengan ilmu dan pengalaman yang baik, membuat segala sesuatu yang berkaitan tentang hidup itu lebih mudah.
Guru saya pernah menjelaskan, di dalam hidup itu tidak ada yang sulit. Yang ada adalah ketiadaan ilmu. Orang kesulitan itu karena memang tidak ada ilmunya. Kalau ada ilmunya, semua pasti mudah.
Saya melihat di sekitar kami bahwa, orang yang banyak ilmu dan pengalaman, mencari uang serta materi itu mudah sekali bagi mereka. Ada saja jalannya. Pengalaman kami juga mengajarkan hal itu.
Untuk itu, pesan saya kepada yang membaca tulisan ini. Jangan ragu untuk habiskan uang kita jika itu untuk ilmu dan pengalaman.
Untuk orang tua, habiskan uang kalian untuk pendidikan anak. Sekolahkan mereka hingga ke jenjang paling tinggi. Masukkan ke pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama. Ikutlan les atau hal bermanfaat lainnya yang berkaitan dengan ilmu.
Untuk teman-teman yang lebih muda dari kami, habiskan uangmu secara tepat sasaran.
Jangan takut dianggap nggak gaul kalau belum punya kendaraan, pakaian bagus, ponsel bagus, atau sejenisnya.
Gunakan untuk investasi dengan baik. Sebaik-baik investasi itu adalah ilmu dan pengalaman. Jauhi hutang, gengsi, dan pola hidup konsumtif.
Mari kita berubah dimulai dari diri kita sendiri.
In frame: Istri saya saat memperoleh penghargaan lulusan PhD atau S-3 termuda (27 tahun) di National Sun Yat-sen University, Taiwan, tahun 2020.
Eindhoven, 28 September 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar