Minggu, 30 April 2023

kisah ibu yang selingkuh

Kisah Ibu Yang Selingkuh

Diceritakan dari sudut pandang anaknya.


Sumber : Facebook grup curhat.
Akun : anonim.
Dengan like sekitar 400 an orang.

#CURHATSOA

Ceritanya awal ibuku selingkuh awal 2018.
Ibuku selingkuh dengan cinta masa lalunya, alias mantan pacarnya dulu. Dulu ibuku tidak memilih laki-laki itu karena laki-laki itu tidak punya apa-apa dan tidak ada niatan menikahi ibuku. Ibuki realistis, maka dari itu ketika bapakku melamar, ibuku menerima. Waktu itu bapakku sudah mapan dan sudah dalam perjalanan membangun rumah.

Berawal dari ibuku menemukan nomor handphone laki-laki itu(Sebut saja Dudul), di tempat dimana dulu ibuku bekerja sebagai PRT. Karena laki-laki itu memang saudara majikan ibuku dulu. Dan terjadilah. Memang belum pernah bertatap muka sampai saat ini, tapi sudah sering telepon/Video Call, pernah VCs, dan  bertukar PAP tidak senonoh.

Pertama kali ketahuan dengan Dudul, aku waktu itu sedang tidak enak badan. Aku shock melihat orang tua ribut. Aku mendadak blank. Dan kata bapakku aku kejang. Tapi aku sendiri tidak sadar jika sedang kejang. Aku sakit sampai seminggu karena hal itu.
Akhirnya ibuku meminta maaf. Bersumpah untuk tidak melakukannya lagi. Bapakku semakin ketat dalam mengawasi ibu. 

Namun baru beberapa bulan, ibuku kembali ketahuan chatting dengan Dudul. Orang tuaku ribut lagi. Aku hanya bisa menangis kala itu. Ibuku meminta maaf padaku sampai bersujud. Berjanji tidak mengulanginya lagi. Ibuku bersujud sambil bersumpah menyebut nama Allah. Karena sumpahnya, aku memaafkan.

Tidak kapok, ibuku kembali berhubungan dengan Handphone, beli second. Membuat facebook dan berkomunikasi lewat Messengger dengan Dudul. Jujur aku sakit hati ya. Aku chat Dudul. Dan Dudul mengatakan dia hanya main-main dengan ibuku dan dia tidak mau berurusan dengan rumah tangga keluarga kami. Akhirnya aku dan bapak memaafkan ibuku karena sudah bersumpah atas nama Allah, dan bersumpah di depan Kitab Suci Agama Islam.

Namun ternyata sumpahnya hanya di mulut belaka. Ibuku kembali chatting dengan Dudul di awal puasa. Sekitar puasa 4 hari. Dan aku lagi yang memergokinya. Aku hampir kehilangan kesabaran. Sampai ibuku bilang begini, "Ibu bersumpah demi Allah. Jika ibu melakukan lagi, bebas kamu mau apakan ibu. Ibu disuruh matipun mau, nak. Kamu adalah anak ibu, semangat ibu. Kalau gak memaafkan ibu, ibu gak semangat menjalani hari-hari. Ibu bakalan terpuruk."
Dan aku kembali memaafkan beliau, walau berat hati dengan syarat, "Jangan pernah lagi menghubungi Dudul, dan jika Dudul chatting duluan, aku minta ibu jangan membalasnya." Aku hampir putus asa dengan mangatakan gertakan, "Aku udah gak mau peduli lagi sama ibu. Terserah mau gimana, aku dah capek! Urusi urusan ibu sendiri. Jangan pernah minta tolong apapun ke aku lagi. Ibu gak usah ikut campur urusanku lagi!" Dengan harapan ibuku introspeksi.

Aku kemudian menghubungi Dudul lewat Messenger menggunakan fake account. Dan Dudul dengan tidak tahu malunya bilang demikian(Chat ada di picture).
Jadi, Dudul mengatakan padaku kalau aku seolah "Bukan anak berbakti" karena melarang ibuku berhubungan dengannya. Di bawah di bilang lagi padaku dan menyuruhku meminta maaf pada ibuku.

Jadi, yang bersalah siapa, yang harus meminta maaf siapa? Aku hanya ingin menyelamatkan keluarga kami, dan si dudul seenaknya mengatakan aku anak yang tidak berbakti karena melarang ibuku berhianat?
Aku SAKIT HATI sampai titik terdalam. Apakah aku anak durhaka?

Terakhir, Lebaran hari ke 3. Dudul ziarah ke makam desaku. Dan Dudul menghubungi ibuku, ibuku mau menyusul ke makam. Tapi ketahuan duluan oleh aku. SAKIT HATI tidak terkira, itu yang aku dan bapakku rasakan, begitu juga adikku. Aku ajak ibuku ribut, dan ibuku mengatakan hal yang sangat menyakitkan, "KATANYA KAMU UDAH GAK MAU URUSAN SAMA URUSAN IBU! KENAPA SEKARANG MASIH IKUT CAMPUR?"
Jadi, gertakanku bukan dijadikam introspeksi, tapi dijadikan lampu hijau oleh ibuku.
Sakit tak terkira. Sampai saya shock, keringat dingin. Setelah itu aku tidak sadar. Bapakku bilang aku kejang-kejang lagi. Sedangkan adikku tidak menangis, tapi aku tahu adikku juga sangat sakit hati. Tatapan matanya kosong sampai sekarang. Akupun sejak kejadian itu sampai saat ini masih sakit. Berat badan turun drastis, adikku juga sama. Bapakku juga.
Kemarin malam ibuku menyembah di kakiku, kaki bapakku, kaki adikku. KEMBALI BERSUMPAH ATAS NAMA ALLAH. Tapi kami tidak percaya lagi. Ibuku mengancam pergi dari rumah dan akan cari jembatan untuk lompat. Tapi bapakku cuma bilang, "Kalau kamu melakukannya. Berarti kamu memihak Dudul. Kamu rela mati demi Dudul?"

Ibuku menangis semalaman. Keadaan keluarga kami sudah semakin berbeda. Bahkan aku merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan lagi.

Maaf kepanjangan, aku hanya ingin mengeluarkan unek-unek yang sudah lama terpendam. Aku berniat ke psikolog bersama adikku. Kalau bapakku mau, aku akan mengajaknya juga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teh tubruk khas Slawi tegal

Ternyata jadi janda nggak seburuk itu.

Ternyata jadi janda nggak seburuk itu. Ternyata jadi janda nggak seburuk itu. Lebih bahagia malah, lebih banyak waktu buat diri sendiri. Kar...