Sumber : grup facebook soa
#curhatsoa
"Durhaka itu bernasab"
Dulu sebelum adik lakiku lahir, aku 2 bersaudara sama kakak lakiku. Aku perempuan anak tengah. Kakak memang perlu perlakuan spesial karena dia tidak seperti anak biasa, dia sakit jadi butuh perhatian lebih. Kakak suka banget gangguin aku. Tp malah ibu yg marahin aku. Katanya aku suruh ngalah. Pkoknya aku yg disalahin walaupun kakak yg salah. Saat sudah dewasa baru sadar kalau ibu seperti itu krn memang ibu menganggap aku yg lebih waras. Kata orang jawa "sing waras sing ngalah" ( yg waras yg mengalah). Ibu itu lebih keras dididikannya sama aku. Contoh saat SD, suatu hari aku ngerasa tdk enak badan & tidak mau masuk sekolah dulu. Tapi ibu maksa harus berangkat. Kupikir ibu keras sama aku dibanding kakak ya krn kakak memang butuh perlakuan spesial. Jadi aku maklum. Suatu hari saat SMP aku sedang dirumah tanteku. Jadi tanteku punya anak 4. Anak nomor 3 ini perempuan sendiri ( sebut saja N ). Nah tanteku ini kalau sama si N galaknya minta ampun. Beda dengan anak lakinya yg lain. Si N ini adalah satu-satunya sepupu perempuanku saat itu. Hal itulah yg jadi pertanyaan dan mengganjal dalam pikiranku. Kenapa ya ibu & tante punya persamaan kalau mereka itu sama-sama lebih keras bahkan galak sama anak perempuannya?
Jujur aja memang ibuku juga galak sama bapak. Untung bapak orangnya lembut dan penyabar. Kalau bapak tdk sejalan dg ibu, ibu bakal marah-marah. Orang-orang sudah pada tau ibuku galak. Tapi bukan berarti ibuku g baik ya. Ibuku juga marah-marahnya cuma dirumah. Nenekku juga gitu ternyata. Kalau sama kakek juga galak. Sama ibuku juga galak. Soalnya ibu cerita kalau dulu dia itu dididik sama nenek keras bahkan sampe dipukul. Singkat cerita suatu hari ada kakek-kakek (sebut D) yg menampar keluarga aku dg nasihat yg keras. Si D ini bisa mengaji kitab yg bisa menjelaskan sifat lewat raut wajah dll (pasti ada yg tau).
D : "kamu tuh sama ky ibumu. Tukang ngeyel. Susah diatur. Sok tau! Ibu itu seorang figur untuk anaknya! Jadi kalau km g berubah km bakalan sama ky ibumu!" sambil nunjuk2 ke aku.
Sangat sangat menampar sekali nasihat seperti itu. Soalnya ya tidak ada yg berani ngasih tau ibu seperti itu. Aku pas itu sangat sakit hati krn D ngasih tau nasihat aku itu keras bgt sambil ngata-ngatain.
Memang keluargaku itu pada ngeyelan semua. Apalagi yg paling nurunin sifat ibu ya kakak. Dia tempramental, susah diatur, ngeyel.
Trs kata si D : " Semua ini gara2 kamu(nunjuk ibu)! Anakmu cerai ya gara2 km nularin sifat ngeyelnya jd susah diatur! Kakak adik sering berantem ya gara2 km! Km g ngajarin anak buat hormat sama yg lebih tua! Lha wong km aja kalau sama suami tiap hari marah cemberut, judes pula! "
Singkat cerita aku beranikan diri tanya ke ibu walau menurutku ini lancang. Aku tanya kenapa sih kalau sama anak perempuan lebih keras dan dididik harus sangat mandiri? Padahal setau aku perempuan terlalu mandiri itu tidak bagus krna bakal sulit ditundukkan mengingat kodrat perempuan sebagai istri adalah makmum? Lalu ibuku menjawab " Yg merubah ibu seperti ini adalah keadaan. Dulu ibu orang miskin jadi harus kerja keras, semua serba sendiri. Dan ibu benci anak manja."
Stop! Aku tidak berani tanya lebih lanjut walaupun dalam hati aku mbatin " Pantes ibu keras susah diatur hihihi."
Btw, aku pernah membatin " gimana aku sama kakak bisa akur kalau ibu ke bapak aja selalu musuhin." Ternyata g salah feeling aku.
Dari sini aku paham kenapa "Durhaka itu bernasab"
Aku berterima kasih kepada kakek D yg berani menampar dg nasehat yg bikin aku sakit hati tapi justru menyadarkanku. Menyadarkanku bahwa aku harus buang jauh sifat buruk ibuku. Dan mencontoh sikap baik ibuku yg suka mengaji, rajin beberes, pinter masak. Aku tidak akan menyalahkan ibuku krna aku belum tentu bisa hidup setegar ibuku. Ibu tetap guru terbaikku.
Ternyata betapa pentingnya arti takdzim kepada suami meskipun suami urakan hidupnya, tapi aku yakin Allah g tidur. Bisa jadi itu jalan kemuliaan untuk keturunan kita...
Maaf kalau belepotan krna g pinter nulis. Sekedar berbagi cerita. Terimakasih yg sudi membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar